“Saya suka saat orang tidak berlomba untuk tempat terhormat” – Wout van Aert memainkan peran penting dalam serangan kemenangan Giro-d’Italia Simon Yates
**Wout van Aert: Ketika Kehormatan Mengalah pada Strategi Tim, Kunci Kemenangan Simon Yates di Giro d’Italia**”Saya suka ketika orang tidak berlomba untuk sebuah tempat kehormatan,” ujar Wout van Aert, dan kata-kata itu bergema keras di benak saya saat menyaksikan Giro d’Italia 2018.
Van Aert, bukan protagonis utama, justru menjadi arsitek tersembunyi di balik kemenangan dramatis Simon Yates.
Kisah ini bukan tentang ambisi pribadi, melainkan tentang pengorbanan dan kecerdasan taktis yang mengantarkan Yates meraih *maglia rosa*.
Mari kita mundur sejenak.
Etape ke-19, dengan Colle delle Finestre yang legendaris, adalah momen krusial.
Van Aert, seorang *puncheur* yang luar biasa, berhasil bertahan di depan dalam *breakaway*.
Namun, yang menarik adalah bagaimana ia mengubah perannya dari pemburu kemenangan etape menjadi *domestique* kelas dunia.
Setelah Finestre, di jalanan lembah menuju Sestriere, Yates melancarkan serangan yang mengejutkan.
Di sinilah peran Van Aert menjadi vital.
Ia menarik Yates dengan sekuat tenaga, memberikan perlindungan dari angin, dan memastikan Yates dapat mempertahankan keunggulannya.
Kita bisa melihat jelas dari ekspresi wajah Van Aert, betapa besar usaha yang ia kerahkan.
Ia menguras seluruh energinya, bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk rekan setimnya.
Statistik memang penting, namun angka tidak bisa menceritakan keseluruhan kisah.
Kita bisa melihat dari data *power output* Van Aert bahwa ia berada di ambang batas kemampuannya.
Namun, yang lebih penting adalah dampaknya secara psikologis.
Kehadiran Van Aert memberikan Yates kepercayaan diri dan momentum yang dibutuhkan untuk terus menekan pedal.
Banyak yang mungkin bertanya, mengapa Van Aert tidak mencoba merebut kemenangan etape?
Jawabannya sederhana: kemenangan Yates lebih penting.
Dalam balap sepeda, terutama di Grand Tour, kemenangan tim adalah yang utama.
Van Aert memahami itu.
Ia menyingkirkan ego dan ambisi pribadinya untuk mendukung tujuan yang lebih besar.
Sebagai seorang jurnalis, saya seringkali melihat egoisme dan persaingan sengit di antara para pembalap.
Namun, momen seperti ini mengingatkan kita bahwa olahraga juga tentang kerja sama, pengorbanan, dan persahabatan.
Van Aert menunjukkan bahwa seorang pembalap bisa menjadi pahlawan tanpa harus memenangkan etape.
Kemenangan Yates di Giro d’Italia 2018 bukan hanya tentang kekuatan dan ketahanan fisiknya.
Ini adalah kemenangan strategi, kecerdasan, dan pengorbanan.
Dan Wout van Aert, dengan perannya yang vital namun seringkali terlupakan, adalah bagian tak terpisahkan dari kisah sukses itu.
Ia membuktikan bahwa terkadang, kemenangan sejati adalah ketika kita rela melepaskan kesempatan untuk diri sendiri demi membantu orang lain meraih impiannya.
Rekomendasi Artikel Terkait
Pengamatan Instan: Pilihan No. 3 Sixers, VJ Edgecombe, Debut di Liga Musim Panas Las Vegas
## VJ Edgecombe…
Tanggal Publikasi:2025-07-18
Clayton Kershaw adalah All-Star di antara All-Star saat NL mengalahkan AL
## Kershaw, San…
Tanggal Publikasi:2025-07-18
Caitlin Clark Memperparah Cedera Pangkal Paha dalam Video di Menit Terakhir Fever vs. Sun
## Mimpi Buruk …
Tanggal Publikasi:2025-07-18
Komisioner Rob Manfred Menjawab Alasan Kembalinya Pertandingan MLB All-Star ke Atlanta
Tentu, ini arti…
Tanggal Publikasi:2025-07-18